HAHIWANG: DINAMIKA DAN PERKEMBANGAN TRADISI LISAN MASYARAKAT PESISIR BARAT LAMPUNG

Authors

  • Karsiwan Karsiwan IAIN Metro Lampung
  • Lisa Retno Sari IAIN Metro Lampung

DOI:

https://doi.org/10.53491/porosonim.v5i1.978

Keywords:

Hahiwang, oral tradition, Lampung Community, West Coast

Abstract

Hahiwang merupakan ungkapan suasana hati maupun jiwa dan perasaan kaum perempuan pada masyarakat Lampung Pesisir terhadap peristiwa yang terjadi, dialami dan memberikan kesan yang amat mendalam sehingga diaktualisasikan dalam bentuk ungkapan syair. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif kualitatif dengan proses pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil kajian ditemukan beberapa kesimpulan tentang hahiwang sebagai tradisi lisan masyarakat Pesisir Barat, antara lain; 1) tradisi lisan hahiwang merupakan hasil produk budaya lisan masyarakat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam perkembangan masyarakat Saibatin khususnya yang mendiami wilayah Pesisir Barat Lampung termasuk Krui. Hal ini tentu berdasarkan pengalaman hidup dan perkembangan masyarakatnya dalam mewariskan nilai tradisi dan budaya termasuk nilai ajaran ajaran agama, yang telah lebih dahulu tumbuh dan berkembang dalam masyarakat; 2) hahiwang memiliki beberapa fungsi dalam masyarakat seperti ungkapan ekspresi suasana hati kaum perempuan dalam menyikapi perubahan, hahiwang sebagai penjaga dan pewarisan nilai adat, hahiwang sebagai media syiar agama dan hahiwang sebagai bahasa komunikasi pada kontestasi pemilukada di wilayah Krui, Pesisir Barat Lampung.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Buku

Agung, S., & Leo. (2014). Tradisi lisan sebagai sejarah, redifinisi pembelajaran dalam kurikulum 2013.

Ahyar, W. (1986). Struktur sastra lisan Lampung (1st ed.). Depdikbud.

Effendi, S. A. (2001). Sastra lisan Lampung. Universitas Lampung.

Habib, H., Ikhsan, S., & Arman, A. Z. (2020). Undang-undang adat Krui. Perpusnas Press.

Khalik, A. T. (2002). Pelatoeran sepandjang hadat Lampong. MedPrint Offset.

Liliweri, A. M. S. (2003). Dasar-dasar komunikasi antarbudaya. Pustaka Pelajar.

Nazir, M. (2013). Metode penelitian. Ghalia Indonesia.

Nengah Duija, I. (2005). Tradisi lisan, naskah dan sejarah. Wacana.

Nottingham, E. K. (1994). Agama dan masyarakat. Raja Grafindo.

Pudentia, M. P. S. S. (1998). Metodologi kajian tradisi lisan. Yayasan Obor Indonesia.

Sztompka, P. (2007). Sosiologi perubahan sosial. Prenada Media Grup.

Taylor. (1965). Folklore and the student of literature. Prentice Hall.

Vansina, J. (2019). Tradisi lisan sebagai sejarah (1st ed.). Penerbit Ombak.

Jurnal dan Lainnya

Alya Parangu, R. N., & Salim, T. A. (2018). Indigenous knowledge preservation of oral literature “Hahiwang” in West Lampung. PEOPLE: International Journal of Social Sciences, 4(2), 1221–1232. https://doi.org/10.20319/pijss.2018.42.12211232

Collier, M. J. (1994). Cultural identity and intercultural communication. Wadsworth.

Danandjaja, J. (1998). Folklor dan pembangunan Kalimantan Tengah: Merekonstruksi nilai budaya orang Dayak Ngaju dan Ot Danum melalui cerita rakyat mereka. Grafika Press.

Darsita. (2006). Bentuk dan makna simbol dalam dua tradisi lisan etnik Ranau: Analisis semiotika dan hermeneutika. Jurnal Potret Pemikiran, 7(2).

Fauzi, F. (2013). Menyingkap makna filosofis Hahiwang. Lampung Post.

Gufron, A. (2017). Oral tradition of Hahiwang of women. Patanjala, 9(3), 391–406.

Hadikusuma, H. (2014). Pengantar ilmu hukum adat di Indonesia. Mandar Maju.

Harsono, T. D. (2018). Seni Hahiwang di Kabupaten Pesisir Barat. Bandung.

Karsiwan, K., Sari, L. R., & Azzahra, A. (2022). Sagata sebagai identitas tradisi lisan masyarakat Lampung. Pangadereng: Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora, 8(2). https://doi.org/10.36869/pjhpish.v8i2.250

Karsiwan, K., Sari, L. R., & Purwasih, A. (2021). Memmang: Tradisi lisan masyarakat Lampung. Jurnal Walasuji, 12(2), 171–183.

Keesing, R. M. (2018). Teori-teori tentang budaya. Journal of Intellectual Property Rights, 23(4–5), 174–193.

Kemendikbudristek. (2017). Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kemendikbudristek.

Kurnia. (2010). Fungsi Hahiwang pada Ulun Saibatin Krui Kecamatan Pesisir Tengah Lampung Barat. Universitas Lampung.

Lawok, M. (2021). Ngabiti Tanyandangan. LaBrak.

Margaretha, R. (2017). Analisis klasifikasi mitos dalam tradisi lisan masyarakat Lampung. Jurnal Pendidikan Progresif, 7(2), 117–126. https://doi.org/10.23960/jpp.v7.i2.201715

Miles, M. G., & Huberman, M. (1992). Analisis data kualitatif. Universitas Indonesia.

Sabarudin. (2010). Mengenal adat istiadat sastra dan bahasa Lampung Pesisir Way Lima. Kemuakhian Way Lima.

Sedyawati, E. (1996). Kedudukan tradisi lisan dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu budaya. Jurnal Pengetahuan dan Komunikasi Peneliti dan Pemerhati Tradisi Lisan, 3(2).

Sugiyono. (2016). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D. Alfabeta.

Sumiyati, B., & Fatmasari, R. K. (2020). Analisis strukturalisme Levi-Strauss lima sastra lisan di Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Jawa Timur. Repo.Stkippgri-Bkl.Ac.Id. Retrieved from http://repo.stkippgri-bkl.ac.id/1246/

Utomo, C. B., & Kurniawan, G. F. (2017). Bilamana tradisi lisan menjadi media pendidikan ilmu sosial di masyarakat Gunungpati. Harmony, 2(2), 168–184.

Downloads

Published

2024-11-29

How to Cite

Karsiwan, K., & Retno Sari, L. (2024). HAHIWANG: DINAMIKA DAN PERKEMBANGAN TRADISI LISAN MASYARAKAT PESISIR BARAT LAMPUNG. POROS ONIM: Jurnal Sosial Keagamaan, 5(1), 17-29. https://doi.org/10.53491/porosonim.v5i1.978