Makna dan Tradisi Seserahan Kue Jaddah dalam Perspektif Masyarakat Jawa

Authors

  • Amri Amri Institut Agama Islam Negeri Fattahul Muluk Papua, Indonesia
  • Nadia Masitho Institut Agama Islam Negeri Fattahul Muluk Papua, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.53491/porosonim.v5i2.1300

Keywords:

Seserahan tradition, Javanese wedding culture, Islamic perspective on local traditions

Abstract

The tradition of seserahan is an integral part of wedding ceremonies in various regions of Indonesia, including among the Javanese community, which is rich in cultural rituals. One unique aspect of this tradition is the presentation of Kue Jaddah by the groom to the bride during the seserahan procession. This study aims to explore the significance of the Kue Jaddah tradition in Javanese wedding seserahan and analyze it from an Islamic perspective. The research employs a qualitative descriptive method, collecting data through observations and in-depth interviews with purposively selected informants. The findings reveal that Kue Jaddah, made from glutinous rice and requiring a lengthy preparation process, symbolizes patience and harmony in marriage. Its sticky texture is believed by the Javanese community to represent the strong bond between husband and wife. From an Islamic perspective, this tradition falls into the category of (‘Urf Shahih) as it does not involve elements of polytheism, and Kue Jaddah is not a prohibited food. The tradition reflects cultural values that strengthen family ties and remains relevant within an Islamic context. This study is expected to provide insights into how local traditions can be preserved and harmonized with religious values to enrich social life.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adib, M. K., & Suseno, A. Q. (2020). Pandangan Islam tentang pantangan perkawinan di bulan Muharram. Prosiding Konferensi Ilmiah Mahasiswa UNISSULA (KIMU), 4, 1–8.

Amri. (2020a). Tradisi peminangan dan Walīmat al-‘Urs masyarakat Muslim suku Marind Papua Kabupaten Merauke perspektif akulturasi budaya. ADHKI: Journal of Islamic Family Law, 2(1), 47–62. https://doi.org/10.37876/adhki.v2i1.36

Amri. (2020b). Tradisi peminangan dan Walīmat al-‘Urs masyarakat Muslim suku Marind Papua Kabupaten Merauke perspektif akulturasi budaya. Tahkim: Jurnal Peradaban dan Hukum Islam, 3(2), 1–20. https://doi.org/10.29313/tahkim.v3i2.6563

Amri, Aminah, S., Janah, S., Utama, Y. Y., & Dewi, D. R. C. (2023). Representation of family law in the digital space: A study of discourse analysis on Instagram accounts. Al Istinbath: Jurnal Hukum Islam, 8(2), 507–534. https://doi.org/10.29240/jhi.v8i2.6578

Apriantoro, M. S., Alis, M. N. I., Septianozakia, S., & Setiana, D. (2023). Comparing KHI and KHES in marital property grant disputes: An analysis of judges’ views. Al-Istinbath: Jurnal Hukum Islam, 8(1), 37–52. https://doi.org/10.29240/jhi.v8i1.6464

Bawani, I. (1990). Tradisionalisme dalam pendidikan Islam. Al Ikhlas.

Burke, P. (2003). Sejarah dan teori sosial. Yayasan Obor Indonesia.

Damsar, D. (2013). Pengantar teori sosiologi (1st ed.). PT Aditya Andrebina Agung.

Hamidin, A. S. (2012). Buku pintar adat perkawinan nusantara. Diva Press.

Hermanto, A. (2017). Larangan perkawinan perspektif fikih dan relevansinya dengan hukum perkawinan di Indonesia. Muslim Heritage, 2(1), 125. https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v2i1.1049

K, T. R. (2008). Kamus lengkap bahasa Indonesia. Pusat Bahasa.

Koentjaraningrat. (1990). Sejarah teori antropologi II (1st ed.). Universitas Indonesia (UI-Press).

Mipitapo, Y. Y., Mawara, J. E. T., & Mulianti, T. (2021). Perkawinan adat suku Kamoro di Timika Papua. Jurnal Holistik, 14(1), 1–18.

Muflikhuddin, M., & Amaliah, E. R. (2019). Ritual srah-srahan dalam adat Jawa. Jurnal Hukum Keluarga Islam El-Qist, 2(1), 57–75.

Nurhakim, M. (2003). Islam, tradisi & reformasi: "Pragmatisme" agama dalam pemikiran Hassan Hanafi. Bayumedia Publishing.

Poerwardaminta, W. (2013). Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Pratama, B. A., & Wahyuningsih, N. (2018). Pernikahan adat Jawa di Desa Nengahan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Haluan Sastra Budaya, 2(1), 19. https://doi.org/10.20961/hsb.v2i1.19604

Radhi Mukmil. (2023). Tradisi Erang-Erang dalam proses perkawinan masyarakat Bugis perspektif al-‘Urf (Studi kasus Desa Balusu, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Riftiansyah, R., Abduh, M., Rifai, M., Saepudin, M. A., & Martiah, M. (2023). Tradisi seserahan dalam pelestarian budaya dan kearifan lokal menurut pandangan Islam. Jurnal Citizenship Virtues, 3(1), 425–441. https://doi.org/10.37640/jcv.v3i1.1720

Roslaili, Y. (2019). Kajian ‘urf tentang adat ranub kong haba dan akibat pembatalannya di Aceh. Samarah, 3(2), 417–437. https://doi.org/10.22373/sjhk.v3i2.5192

Saputra, Y. A. (2000). Siklus Betawi: Upacara dan adat istiadat. Lembaga Kebudayaan Betawi bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DKI.

Setyawan, H. (2023). Pantangan pernikahan adat Jawa dalam perspektif tokoh masyarakat (Studi kasus Desa Sobo, Kec. Geyer Kabupaten Grobogan). Interdisciplinary and Multidisciplinary Studies: Conference Series, 1(1), 86–92.

Siregar, J. S., & Rochelman, L. H. (2021). Seserahan dalam perkawinan adat Betawi: Sejarah dan makna simbolis. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 4(1), 67. http://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya

Sudirman, M., & Mustaring, M. (2022). Penyerahan Penne Anreang dalam tradisi perkawinan adat Bugis Parepare: Kajian gender dan hukum Islam. Diktum: Jurnal Syariah dan Hukum, 20(2), 228–242. https://doi.org/10.35905/diktum.v20i2.3351

Sugiono. (2020). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Sunarto, C. (2022). Adat seserahan dalam pernikahan menurut perspektif hukum Islam dan hukum positif (Studi kasus di Desa Cibeunying Manejang Cilacap). Hukum dan Pengkajian Islam, 2(1), 1–14.

Suroto, H. (2017). Babi dalam budaya Papua (Pig in the Papua Culture). Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat, 6(1), 37–44. https://doi.org/10.24832/papua.v6i1.41

Suryadin. (2017). Seserahan Co’i Nika (Biaya Nikah) pada masyarakat Manggelewa Dompu dan tinjauan hukum Islam terhadapnya. Schemata: Jurnal Pasca Sarjana IAIN Mataram, 6(2), 211–232. https://doi.org/10.20414/schemata.v6i2.845

Tilarsono, B. E., Yaqin, H., & Amri, A. (2022). Tinjauan hukum waris Islam dalam penundaan pembagian harta warisan. Al-Aqwal: Jurnal Kajian Hukum Islam, 1(1), 17–35. https://doi.org/10.53491/alaqwal.v1i1.278

Tri Nugroho, A. (2019). Seserahan dalam perkawinan adat Lampung. Sabda, 14(1), 31–41. https://doi.org/10.14710/sabda.14.1.31-41

Uyun, N. (2023). Membaca mitos dan tradisi dalam konflik perkawinan beda etnis. Populika, 11(1), 23–33. https://doi.org/10.37631/populika.v11i1.700

Yansa, H., Basuki, Y., K, M. Y., & Perkasa, W. A. (2023). Uang panai’ dan status sosial perempuan dalam perspektif budaya Siri’ pada perkawinan suku Bugis Makassar Sulawesi Selatan. Jurnal Pena, 3(2), 33–44. https://doi.org/10.26618/jp.v3i2.1004

Downloads

Published

2024-12-27

How to Cite

Amri, A., & Masitho, N. (2024). Makna dan Tradisi Seserahan Kue Jaddah dalam Perspektif Masyarakat Jawa. POROS ONIM: Jurnal Sosial Keagamaan, 5(2), 134-146. https://doi.org/10.53491/porosonim.v5i2.1300